Ditjen SDPPI: Transformasi Teknologi Sebagai Sarana Edukasi
Berita Baru, Lombok Barat – Direktorat Jenderal Sumberdaya Perangkat Pos dan Informasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Ismail melakukan kunjungan ke Yayasan Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri Lombok Barat, Jumat (11/02/2022).
Hal itu dilakukan Ismail dalam rangka bersilaturahmi dengan Keluarga Besar Ponpes Nurul Hakim Lombok Barat. Acara berlangsung di Masjid Ponpes dengan dihadiri dewan guru dan para santri serta santriwati.
Dalam sambutannya, Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Hakim, TGH. Muharrar Mahfudz memaparkan situasi pondok pesantren.
“Saat ini jumlah keseluruhan santri dan santriwati di sini sekitar 5000 orang. Bahkan penerimaan santri baru selalu di atas 1000 orang setiap tahun,” kata TGH. Muharrar.
Kemudian TGH. Muharrar Mahfudz juga menjelaskan alasan soal kenapa santri dan santriwati yang tidak diperbolehkan membawa HP ke pondok pesantren.
“Kenapa santri dan santriwati kami larang bawa HP, karena kekhawatiran kami sebagai guru di pondok santri dan santriwati ini fokus dengan HP nya, tidak fokus dengan pelajarannya. sehingga nanti itu bisa menyebabkan prestasi santri menjadi menurun,” tegasnya.
Namun demikian, TGH Muharrar juga tidak menafikan pentingnya penguasaan tentang teknologi, sehingga ia juga mengapresiasi kehadiran Ismail ke Pondok Pesantren Nurul Hakim.
“Kehadiran Bapak Ditjen kami harapkan mampu memberikan ilmu pengetahuan tentang pemanfaatan teknologi bagi santri kami,” pungkasnya.
Sementara, Ditjen Sumber Daya Kerangka Post dan Informasi, Ismail menjabarkan terkait pemanfaatan teknologi sebagai sarana edukasi di era transformasi digital di hadapan santri Ponpes Nurul Hakim.
Dalam sambutannya, ia memberikan apresiasi terhadap Ponpes Nurul Hakim dan memberikan dorongan supaya santri-santri selalu percaya diri menghadapi perkembangan digital.
“Saya mengucapkan selamat kepada pondok pesantren Nurul Hakim, yang selalu meningkat kreativitas santrinya. Kemudian kalian sebagai santri-santri di pondok jangan minder, karena anak pondok memiliki bakat-bakat yang luar biasa,” kata Ismail.
Ismail juga memaparkan tentang situasi terkini arus digitalisasi. “Hampir separuh aktivitas hari ini, kita lakukan pada ruang digital. Ruang digital membuat perubahan secara revolusioner, mulai dari cara berbelanja, belajar dan lain-lain,” terangnya.
Menurutnya arus digital memberi 2 (dua) dampak, yaitu dampak positif dan negatif. Dampak positif diantaranya, tumbuhnya ruang kerja dan ikut sertanya UMKM dalam dinamika perdagangan.
“Kemudian dampak negatif dari arus digital ini adalah banyak informasi negatif yang kemungkinan besar akan dikonsumsi oleh anak-anak, seperti pornografi dan hoax,” bebernya.
Selain itu ia juga memberikan solusi dalam rangka pemanfaatan media digital. Menurutnya, media digital ibarat mata uang logam yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita saat ini.
“Sehingga kita harus mampu mengelola arus digital ini dengan baik. Ada beberapa strategi menurut saya dalam rangka mengarungi arus digital, yaitu pertama penguatan iman dan takwa, kedua, pemberian keteladanan dari keluarga, ketiga, penjagaan sistem dan teknologi dan yang keempat, penguatan literasi digital,” terangnya.
Sebagai penutup ia mengajak santri dan santriwati untuk mengembangkan potensi dan kompetensi tentang dunia digital. Bahkan sekaligus belajar tentang menghindari hal-hal negatif tentang dunia digital.
“Kalian harus mulai mengembangkan potensi dan kompetensi tentang dunia digital. Bila perlu belajar juga menghindari hal-hal negatif yang ada pada media digital,” tutupnya. ***