Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Pathul Bahri; Tak Cukup Pemerintah, Perlu Gerakan Bersama untuk Mengembalikan Kondisi Hutan
Paguyuban Duta Lingkungan NTB mengadakan penanaman pohon bersama Bupati Lombok Tengah | *

Pathul Bahri; Tak Cukup Pemerintah, Perlu Gerakan Bersama untuk Mengembalikan Kondisi Hutan



BAWASLIU Lombok Tengah

Berita Baru, Lombok Tengah – Kondisi kawasan hutan di NTB, tidak terkecuali di Kabupaten Lombok Tengah tak bisa dipungkiri sangat memprihatikan. Sehingga upaya-upaya mengembalikan kondisi hutan harus lebih diitensifkan. Dengan melibatkan semua elemen, tidak bisa kemudian hanya mengandalkan peran pemerintah saja.

Demikian ditegaskan Bupati Lombok Tengah, H.L. Pathul Bahri, Minggu, (10/10/2021) kemarin saat membuka kegiatan “Lombok Tengah Menanam” yang dilaksanakan Persatuan Wartawan Lombok Tengah (PWLT) bersama Yayasan Duta Lingkungan NTB, di Desa Lantan Kecamatan Batukliang Utara.

Pathul mengatakan, mengembalikan kondisi hutan perlu gerakan bersama serta harus intens dilaksanakan. Mengingat kondisi hutan didaerah ini yang sudah begitu memprihatinkan.

Diakuinya, hampir setiap tahun sekitar 650 ribu hektar hutan di Indonesia rusak oleh tangan orang-orang tak bertanggung jawab. Hal yang tidak dipungkiri juga terjadi di NTB, termasuk di Lombok Tengah. Dampaknya pun mulai dirasakan, dengan terjadinya berbagai bencana alam, seperti longsor hingga banjir.

Tidak hanya itu, dari sisi iklim, kerusakan hutan juga telah memicu peningkatan suhu bumi sekitar 1,1 derajat pertahun. Sehingga kalau tidak segera dilakukan upaya penyelamatan dan pengembalian kondisi hutan, melalui reboisasi kawasan hutan dengan melakukan penghijauan, maka dampak buruk kerusakan hutan bakal semakin para dirasakan dimasa yang akan datang.

“Yang paling dirasakan juga ialah hilangnya sumber-sumber mata air didaerah ini. Akibat hutan yang gundul, banyak mata air yang debit airnya menurun, bahkan hilang. Akibatnya, masyarakat mulai kesulitan memperoleh air bersih,” imbuhnya.

Hal senada juga disampaikan Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB, Madani Mukarom. Melihat kenyataan itu, pemerintah provinsi sejak beberapa tahun terakhir intens melakukan gerakkan penghijauan. Terutama dikawasan hutan dan sumber-sumber mata air. Melalui program NTB Hijau.

Tapi tentu upaya tersebut tidak akan bisa maksimal tanpa dukungan dari elemen masyarakat lainnya di daerah ini. Karena bagaimanapun juga, kalau hanya pemerintah jelas tidak akan mampu. “Memang harus ada gerakkan bersama. Tidak bisa hanya dengan mengandalkan satu pihak saja,” tandasnya.

Sedangkan Kepala Desa Lantan mengaku sangat bersyukur atas kepedulian Yayasan Duta Lingkungan dan PWLT terhadap kondisi alam di wilayahnya. Dia menyadari bahwa kondisi hutan di wilayahnya cukup memprihatinkan namun dalam beberapa tahun terakhir kondisinya mulai membaik seiring dengan gencarnya kegiatan reboisasi.

“Atas nama masyarakat dan pemerintah Desa Lantan, saya menyampaikan terimakasih atas kepedulian semua pihak dalam mengembalikan ekosistem alam di desa kami” ujarnya.

Diakuinya, di Desa Lantan sendiri terdapat banyak sumber mata air. Sumber mata air itu menjadi salah satu destinasi lokal yang dimilikinya.

Untuk diketahui desa Lantan menjadi salah satu desa wisata dengan Keindahan alam dan air terjunnya. Sedikitnya 9 destinasi yang dimilikinya termasuk didalamnya ada air terjun namun dari sekian banyak air terjun baru dua yang sudah mulai dikelola masyarakat yakni Air Terjun Loang Tuna dan Babak Pelangi sementara destinasi lainnya belum bisa digarap secara maksimal karena keterbatasan anggaran. Oleh karena itu dia berharap ada bantuan dari pemerintah daerah agar semua destinasi wisata yang ada bisa dikelola dengan baik.

Pada kegiatan tersebut ada seribuan pohon yang ditanam. Kebanyaknya pohon buah, seperti Manggis dan Durian. Ditambah beberapa jenis pohon buah lainya. Ada juga pohon beringin yang memang cocok ditanam dikawasan hutan, karena mampu menahan tanah dari potensi erosi.

“Pohon beringian banyak kita tanam, lantaran bisa menampung air lebih banyak dari pohon lainnya. Sehingga sangat tepat kalau ditanam di daerah sumber-sumber mata air,” tambah Ketua Yayasan Duta Lingkungan Hidup, Samsul Hadi. (*)